Selasa, 21 Agustus 2012

“Kesaksian Dan Kisah Nyata Mantan Muslim Radikal Iran Reza F.Safa Masuk Kristen”


Reza Safa


Pada tanggal 11 September 2001, dunia mengalami suatu perubahan besar. Dalam alam spiritual, kuasa kegelapan telah mempermaklumkan suatu deklarasi baru menyangkut keberadaannya, tujuannya, dan ketetapan-ketetapannya. Dalam alam nyata dunia kita ini menghadapi suatu tantangan baru yang mengancam keberadaannya. Musuh yang terlihat tersebut bukanlah semacam paham filosofis, seperti umpamanya komunisme, tetapi merupakan suatu ideologi teologis yang sangat menakutkan yang sedikit banyak telah merasuki hati dari 1,2 milyar manusia di seluruh dunia.


Dalam arena politik, kompromi-kompromi yang dihasilkan sesungguhnya merupakan suatu ekses dari eksistensi sistem yang berlaku. Kebenaran bisa saja merupakan hal yang bersifat relatif, tergantung dari siapakah orang yang diuntungkannya. Contohnya, setelah peristiwa 11 September 2001, para politisi dan reporter surat kabar mendeklarasikan bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan bahwa kelompok-kelompok semacam al-Qaeda sesungguhnya hanyalah merupakan sekelompok orang-orang fanatik ekstrim yang tidak mewakili Islam yang sejati.


Sementara kalangan menanyakan atas dasar apakah pernyataan semacam itu dibuat ? Apakah para politisi dan reporter tersebut mengacu pada pendapat mereka sendiri tentang ajaran Islam dan kitab-kitab Hadis Nabi Besar Muhammad ? Atau apakah mereka mengacu pada ajaran Alquran sendiri ? Atau apakah mereka mengacu pada sejarah Islam yang telah berusia 1400 tahun ?


Di Amerika Serikat,  pengadilan kami berdasarkan pada fakta-fakta bukan pada desas-desus, emosi, perasaan, atau pendapat seseorang. Dengan kata lain kami sebagai anggota juri suatu pengadilan opini publik tidak dapat mendasarkan pernyataan kami mengenai intensi suatu agama yang tidak kami kenal semata-mata hanya atas dasar pernyataan para analis politik. Kami harus mempunyai fakta-fakta karena kehidupan jutaan manusia tergantung kepada pernyataan kami tersebut.


Jika Islam memang merupakan suatu agama yang cinta damai, mengapa Muhammad terlibat dalam 47 kali pertempuran ? Mengapa setiap kali melakukan kampanye agama umat Muslim selalu melibatkan pasukan bersenjata ; bukankah pasukan bersenjata tersebut bertugas membunuh kaum laki-laki dan wanita serta anak-anak yang tidak mau menundukkan diri kepada kepemimpinan Islam ?
Contoh-contoh diktator Muslim dalam jaman moderen ini adalah Saddam Hussein, Khomeini, Khadafi, Idi Amin, dll. Jika Islam adalah agama yang cinta damai, mengapa demikian banyak ayat-ayat dalam Alquran yang berbicara tentang pembunuhan terhadap orang-orang kafir dan orang-orang yang menolak Islam ?

Jika Islam adalah agama yang cinta damai, mengapa tidak ada satupun negara Islam yang mengijinkan adanya kebebasan beragama dan berbicara ? Jika Islam adalah agama yang cinta damai, siapakah yang memerintahkan ratusan kelompok Islam di seluruh dunia untuk melakukan kerusuhan-kerusuhan yang menakutkan dan pembunuhan atas orang-orang yang tidak berdosa demi nama Allah ?


Sejarah telah mencatat kenyataan yang tidak dapat disangkal lagi tentang apa yang telah diperbuat oleh Muhammad selama hidupnya dan apa yang diperintahkan oleh Allah kepada umat Islam. Agama Islam yang diproklamirkan pada abad ke 7 oleh Muhammad merupakan sesuatu yang harus kita cermati karena Islam versi tersebut lebih bengis dan lebih tegar dari yang kita duga.
Kelaliman Islam abad ke 7 berlanjut sampai jatuhnya Kaisar Ottoman, setelah itu untuk sementara waktu dilupakan orang. Namun sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, Islam versi abad ke 7 kembali bangkit. Ciri-ciri dan hakikat keIslaman tersebut terjelma dalam wujud revolusi Islam pimpinan Ayatollah Khomeini pada tahun 1978 di Iran. Dan sejak itu, orang-orang seperti Ghadafi dan Osama bin Laden telah menghembus-hembuskan citra Islam sebagai agama yang siap mencaplok dunia — Islam sejati telah bangkit kembali.


Kita harus mengetahui kebenaran sekalipun hal tersebut sangat ofensif. Mengetahui kebenaran merupakan satu-satunya cara efektif bagi kita untuk mempertahankan kebebasan dan perdamaian. Apabila tindakan kami memproses kebenaran tentang Islam telah menyebabkan banyak orang Muslim marah kepada kami, apakah kami harus berkompromi dengan mereka dan menghentikan tindakan kami dalam mengungkapkan kebenaran tentang Islam tersebut dengan tujuan semata-mata agar kami tidak menyandang predikat sebagai orang yang ofensif, ataukah kami harus melanjutkan terus usaha kami itu ?


Menurut pendapat saya, kami harus melanjutkan terus usaha itu karena kebohongan justru akan lebih memperparah keadaan. Apakah anda tetap akan menghentikan usaha anak anda minum racun sekalipun tindakan anda tersebut akan menyakiti perasaannya ?


Sudah pasti ! Jikalau demikian, apa salahnya kalau kita melakukan penelitian terhadap sejarah Islam, pengajaran Alquran, dan kehidupan Muhammad untuk mencari tahu apakah agama Islam memang seperti yang dinyatakan oleh para reporter dan politisi yaitu agama yang cinta damai atau apakah agama tersebut justru memang seperti apa yang dipraktekkan oleh Osama bin Laden.

Jika versi Osama bin Laden adalah Islam yang benar dan jika Islam versi bin Laden bangkit kembali, saya yakin orang-orang Amerika dan dunia Barat berhak mengetahui apa yang akan terjadi dengan mereka seiring dengan kebangkitan versi Islam tersebut dan bagaimana cara mereka untuk menanggulanginya.


Tantangan kami adalah bagaimana membicarakan kebenaran ini dengan penuh kasih. Tujuan kami bukan destruktif melainkan instruktif. Kami tidak perlu berteriak-teriak dalam kegelapan dan di hadapan orang-orang yang terikat oleh kegelapan itu, tetapi kami sebaiknya membukakan pintu dan membiarkan cahaya terang menyinari mereka. Don Richardson telah membuktikan semua hal itu di dalam buku ini. Saya berdoa semoga Tuhan mengutus lebih banyak orang seperti Don Richardson yang dapat membicarakan kebenaran dengan penuh kasih.


Kami harus mengetahui kebenaran. Kebenaran adalah jalan satu-satunya bagi kami untuk memperoleh kebebasan. Berjuta-juta orang Muslim di dunia merindukan kebebasan ini dan mereka tidak dapat dibebaskan kalau tidak ada banyak orang yang menyuarakan kebenaran itu dan mengekspos hakikat agama yang selama berabad-abad telah mencengkeram mereka dalam ketakutan dan terbelenggu.


Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran ituakan memerdekakan kamu (Yohanes 8 : 32).  


Soli Deo Gloria


Pastor Reza F. Safa:was a devout Shiite Muslim in the Islamic Republic of Iran. He left Iran in 1978, one year before the Islamic Revolution of Ayatollah Khomeini. After leaving Iran, Pastor Reza F. Safa heard the Gospel of Jesus Christ for the first time in Sweden from several Swedish missionaries. After several months, he dedicated his life to Christianity.


After his conversion to Christianity, Pastor Reza F. Safa founded The Harvesters World Outreach, a worldwide healing and evangelistic ministry. For the past 25 years, Pastor Safa has been holding pastors conferences and mass crusades in over 50 countries. These worldwide evangelistic meetings have reached hundreds of thousands of people in Africa, India, the former Soviet Union, Asia, and Eastern Europe for Christ Jesus.

1 komentar:

  1. Pertobatan adalah bukti manusia memahami kebenaran itu seutuhnya ! , Selamat !

    BalasHapus